Muzique Lists

Tuesday, 14 May 2024

3 Tahun Belajar Merantau, 2 Tahun Berorganisasi

(Tulisan ini dibuat sebagai terjemahan dari salah 1 postingan lamaku di blog ini, tentang ringkasan perubahan yg terjadi padaku waktu itu)

Kuliah itu menurutku adalah sebuah keberuntungan, bukan menjadi pengangguran dengan status pelajar

Sama seperti mereka, para pekerja lepas dan relawan yang memiliki profesi

Sekali lagi, bukan pengangguran berstatus!

Kuliah itu fungsinya adalah untuk memperbaiki pola berpikir seseorang, terutama dalam hal mindset dan kemampuan bernalar. Apabila berbicara tenaga, waktu, umur dan pengeluaran rasanya tidak sepahit ketika melihat mereka yang berhenti ditengah jalan, terlebih lagi mereka yang menyerah duluan dan belum atau bahkan tidak pernah berkesempatan untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi setelah SMA/SMK.

Oke, cukup sekian soal penolakan tentang opini receh oknum TikTok soal kuliah itu menganggur (katanya)

Kisah ini dimulai dari anak sekecil itu plonga-plongo masuk terakhir (alhamdulillah diterima) di 1 jurusan, dari ketiga jurusan yang dipilihnya, di fakultas yang sama (alias kaya gada pilihan lain aja). Maklum, korban acara realita di layar kaca (inisial huruf M). Anak itu bernama Hanif.

Jauh sebelum diterimanya Hanif di perguruan tinggi di negeri tetangga, tempat dia menetap saat itu Hanif sudah diterima di salah satu jurusan pilihannya sendiri. Akan tetapi, Hanif menolaknya setelah disepakati bersama, dengan alasan video viral yang beredar dari akun resmi kampus bersangkutan. Maklum, setelah Oppa Gangnam Style terbitlah goyang Harlem jadi FOMO pasti ada. Terlepas dari oknum maupun instansi yang mau ikutan tren yang beredar (https://www.youtube.com/watch?v=UYzkba8NR18). 

Mulai dari ospeknya yang istimewa, dilakukan sebanyak 3x (2x umum, 1x fakultas). Alhamdulillah kampusnya begitu dekat dengan Laut Cina Selatan, jadi ospeknya di kampus (2x) dan 1x di pulau penelitiannya. Pulau penelitian itu bernama Pulau Bidong, khusus untuk meneliti spesies penyu dan ekosistem disekitarnya termasuk dunia perlautan. Paling lucu justru waktu ospek di pulau ini, dimana anak semuda itu dengan PD nya jadi imam solat Isya di hari pertamanya, padahal bacaan pun masih terbata-bata (maklum grogi karena demam panggung sepertinya). Sedangkan untuk ospek fakultas Hanif diberi kesempatan menjadi panitia di ospek fakultas pada tahun berikutnya.


                                            Orientasi pekan (ospek) di Pulau Bidong, 2013


                                                    Panitia Ospek fakultas, 2014

Lanjut ke pembicaraan inti, di tahun pertama inilah muncul sebuah ide untuk mendirikan perkumpulan pelajar setanah air ketika ada kunjungan tamu (pelajar Aceh) dari Universiti Kebangsaan Malaysia atau disingkat UKM (seperti UGM-nya Malaysia). Pada kesempatan itu Hanif sempat merekam dan mengunduhnya di laman YouTube kesayangannya (https://www.youtube.com/watch?v=0aY7BB9yzJw). Usut punya usut, alhamdulillah di tahun yang sama sudah didirikan. Hanif diberi tugas sebagai perwakilan untuk hubungan masyarakat (humas). Adapun keikutsertaan Hanif selama periode yang diamanahkan, Hanif bersyukur bisa menjadi bagian dari perwakilan pelajar yang mengikuti kegiatan tersebut dan juga menerima kunjungan dari Atase Pendidikan RI waktu itu, bapak Rusydi (alm., semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT).


                             Perkumpulan pelajar Indonesia di Gong Badak, Terengganu, Malaysia

                                        Kunjungan Atase pendidikan KBRI KL di Kuala Terengganu

Setahun berikutnya, bisa dibilang ini waktu keemasan kuliahnya Hanif sebagai perantau. Mulai dari November 2014 (https://www.youtube.com/watch?v=cdXW10yDPPc&t=2s), Hanif diberi amanah yang lebih besar dari sebelumnya (sebagai waketum kedua). Pada waktu RUA (Rapat Umum Anggota) Hanif dapat teguran dari para sesepuh, terutama tenaga pengajar bahwa Hanif kurang persiapan (terutama dalam memberikan kata sambutan diawal acara). Maklum, Hanif dapat pemberitahuannya seperti tahu bulat (alias dadakan). 

                                    Perkumpulan pelajar Indonesia di Gong Badak, 2014-2015

Adapun keikutsertaan dan kontribusi baik di dalam maupun diluar organisasi bersangkutan boleh dikatakan cukup banyak, dibandingkan sebelumnya. Antara lain seperti mengikuti kompetisi olahraga pelajar (sebagai pendukung sejati), menjadi panitia bagian akomodasi dari acara pertukaran pelajar di Yogyakarta, menjadi pemenang dalam kontes bahasa Inggris, mengikuti program bakti sosial dan mengikuti camp kewirausahaan. 

                                      Panitia program studi tur pelajar Malaysia ke Yogyakarta

                                    Camp kewirausahaan Enactus, dari kampus Cita Warisan

Sebenarnya masih ada beberapa lagi, namun penulis cukup merangkumnya sebagian kecil saja. Sebab, apa gunanya gemerlap emas itu apabila menjadi karat di hari esoknya. Sayang seribu sayang, itulah yang terjadi pada Hanif, setahun berikutnya. Hanif tak dapat membendung kemerlapan cahaya suksesnya menjadi seorang pelajar internasional di negeri orang, dan terpaksa harus mengundurkan diri pada tahun ketiga belajarnya. Melihat kondisi keuangan dan nilainya yang tidak menentu, tiap berganti semester. Kendati demikian, Hanif masih diberi kesempatan untuk mengikuti kunjungan pabrik yang diadakan fakultas dan mengambil hikmahnya setelah berhenti di semester berikutnya. 

                                     Factory Visit dari kampus tercinta ke 3 industri pangan di Malaysia

Adapun yang bisa disimpulkan dari kisah Hanif diatas, secara ringkas menegaskan bahwa dunia perkuliahan semestinya sama persis dengan alam pekerjaan. Tidak lain tidak bukan adalah mempersiapkan pekerjaan lebih layak untuk kehidupan setelah berkuliah, terlepas individu yang menekuninya berhasil atau tidak. Sebab hidup adalah pilihan tingkat kesulitan, dimana kuliah itu sulit dan tidak kuliah juga sulit. Benar-benar 100% mirip seper antara bekerja atau tidak kerja.

Bicara soal pilihan, berikut tips dari Hanif agar kuliahmu lancar dan berhasil di kemudian hari: 

1. Jika kamu mahasiswa/i kupu-kupu, utamakan dirimu mencari literatur berkualitas selama belajar dan mencari info magang atau program relawan jika tertarik

2. Jika kamu mahasiswa ambisius, maka prioritaskan akademis dahulu sebelum organisasi dkk

3. Jika kamu pelajar super sibuk (mampu mengimbangi kuliah-ekskur), pastikan istirahatmu cukup dan tubuh baik-baik saja terutama waktu ibadahmu tidak terganggu

4. Dan jika kamu pelajar biasa saja, apalagi underrated & invisible jangan menyesal di awal apalagi kalau sudah terlanjur ditengah jalan seperti Hanif. Perlu diingat bahwa apa alasanmu memilih jurusan itu, apakah sekedar hobi, atau memang beneran minat kalau bukan korban televisi atau media massa lainnya

Akhir kata begitulah yang dapat disampaikan oleh penulis selama menjadi pelajar asing, namun tidak terasingkan. Buktinya Hanif bersyukur sudah banyak dibantu oleh para tenaga didik dan rekan-rekan seperjuangan yang lebih tua darinya, selama dia masih belajar disana. Semoga para pembaca dapat mengambil pelajaran dari kisahnya, dan penulis tutup dengan quote berbahasa Inggris “a man tells a fail story, so other men could learn from it” (seorang pria bercerita kisah gagalnya, agar pria lainnya dapat mengambil hikmahnya).


Saturday, 7 April 2018

An Open Letter For Public Transport Drivers (Surat Terbuka Untuk Para Supir Angkot)

Pardon me first, IF I'm writing this post in Indonesian

ada yang balas puisi penistaan kan belakangan ini, sekarang ada tidak yang mau buat puisi/surat untuk para supir angkot (angkutan perkotaan)?? kalau tidak ada, izinkan saya yang memulainya
"untuk, para supir angkot
ini adalah surat terbuka dariku, untukmu
sebagai seorang penumpang yang baik
aku ingin menegurmu, jadi dengarkanlah
aku hanya seorang pelajar biasa
bukan orang kaya, apalagi dermawan
ataupun para pejabat yang korup
dan juga maruk sepertimu
ketika kamu tidak uang kembalian, anggaplah
itu rezekimu, tetapi jika kamu ada uang kembalian
maka kembalikanlah, yang menjadi hak kami
para penumpang ekonomis, dan janganlah kamu
memberinya kepada kami, dengan jumlah sedikit
karena dengan begitu, maka kamu menzalimi kami
disamping menzalimi dirimu sendiri
harap kamu mengerti, apa yang ku sampaikan ini
sekian, terima kasih"

Friday, 9 December 2016

Kaki Lima, Indo Street Food

This was another picture, when I was in Bogor, Indonesia. Last month, for a week for my self-treatment of my study stress recently. I chose food science, not as last option. But as my added value, in order to compare from one food stall to another cafe/restaurant. From a canteen hall to a dining hall, a reservation in a hotel lounge bar and so on. Btw this picture took place when I was having a dinner with my father. I ate sate/satay kambing with longing (nasi impit in malay language) at that time. Fyi, sate kambing is made from piece's of goat's flesh that was cut into cube pieces, that has added with kuah kacang (as nutty sauces) that has it's own nutty flavours and ingredients itself. Whilst, the nasi impit or lontong actually came out from ketupat. Back then, people only eat lontong from ketupat during hari raya (or marriage event,etc.). But after the today's technology era, this lontong or nasi impit could be easily found on the supermarkets/hypermarkets nearby (without the skin of the ketupat itself). Talking about kaki lima, it was actually a term for an Indonesian street food sellers. Some of them could park randomly across the street, right at the pedestrian zone. While others are freely wander themselves by streets, making them sell their own foods from one place to another. This is what makes me proud as Indonesian guy, that we not only have our own transportation liked angkot (Indonesia n minibus), but we also have our own food trucks. It's cheap, convienent, and the food they sell as delicious as other restaurants abroad (not including fine-dining ones). I bet their profitability as quite comfortable as their own lifestyle. Anyway, for those who want to go to Indonesia. Don't forget to try these traditional street food from pedestrian zone. It has various kinds of foods, and not just satay/sate only. Bakso, Soto, porridge, and many more. I hope you digest my message and please share it with your friends and family out there. Thank you very much in advanced, and have a great day. Plus, enjoy your weekends and free time readers #salamualaikum

Angkot, an Indonesian Style of Transportation

This is one of the picture, was taken by my dad. When I was a child, I used to ride this sometimes (when I was living in my grandma's house in Bogor). When I have grown up, as in this picture. I'm still using this public transport at my place quite often (still in Bogor). It's cheap, convenient, and quite comfortable too. It also have it's own destination. Angkot, by form means "angkutan kota" (city transport). In developed countries, this kind of transportation known as 'minibus' (or shuttle bus, but not a van). I do proud that my country have it's own public transportation liked this one (and also bajaj,a.k.a tuk-tuk). For foreign tourists, pls ride angkot (instead of grab/taxi) for your own budgets and your lifetime experience in Indonesia. This is my sincere advice to readers out there #peace

Thursday, 8 December 2016

Life Changing Summary (2014->2015 -> 2016)

Between love life, study best, and study weak. I used to be trapped in between, that three types of a university student's daily problems. That's why I always bored going out for shopping, swing haram/unmarried couples spending their time together. Because I don't mind with the halal ones, just the way it is. Anyway my life started to change, by only just a Pythagorean level of tan 45 degree, two years ago (after breakup). Bye LDR, it's hard for to me to trusting you again (ever since then). Anyway, last year was my whole life rotated totally (the other way round, 180 degree). Thanks to the population of my faculty and of all other faculties at my campus that are lead by women. Honestly, now I knew why men preferred to be singles, than just another girl that have passed in front of his own eyes. I'm only focused on my studies back, after such incidents had happened in last two semesters. Mostly during a university club events, or during groupwork discussions & laboratory experiments too. Just a reminder, la tahzan (don't be sad). Innallaha ma ana (I have God to watch over me), be happy

Wednesday, 2 December 2015

Nur Qaseh Niaga Chicken Chop RM3.80 Kuala Terengganu

Figure 1. Nur Qaseh Niaga Chicken Chop Logo



Nur Qaseh Niaga is a southwestern cuisines that based on an east coast perspectives that sells at affordable prices and its location operates at nearby around University of Malaysia Terengganu (UMT) area. The provided majority of the menus are western cuisines, and my recommendation to you that you must eat it at least one of them are: spaghetti meatballs, fish and caps, as welll as lamb chops.


Figure 2. Price Lists (A)


Figure 3. Price Lists (B)


Figure 4. Chicken Chop (RM3.80 Single & RM7.60 Double)


Figure 5. Crab Sticks (RM4.80)


Figure 6. Fish & Chips (RM5.80 Dory & RM6.80 Salmon)


Figure 7. Lamb Chop (RM9.80)


Figure 8. Spaghetti Bolognaise (RM4.80)


Figure 9. Spaghetti Meatballs (RM6.80)



*PS: You also can refer to its FB official page (Nur Qaseh Niaga), as well as for the official account of Instagram (@NurQasehNiaga)*