Siapa bilang kalau orang Melayu dan Indonesia susah berteman? Pertanyaan ini membuatku teringat masa kecilku, ketika aku masih baru di Kuala Lumpur. Waktu itu, aku baru kelas 4 SD di SIK dan juga baru tinggal di Villa Putra. Tetapi aku bersyukur karena ketika itu aku sudah mempunyai cukup banyak kenalan baru.
Disaat itu, aku berteman dengan banyak anak Melayu asli dan sebagiannya lagi ialah anak Garuda SIK. Arvel, Vito, Atta, Luthfan, Edo, Wiki, dan banyak lagi anak Garuda SIK yang setempat denganku. Manakala teman Melayuku juga banyak. Amir, Anuar, Asri, dan juga Azhar yang kukenal lebih dahulu sebagai saudara baruku, disamping dengan saudara baruku dari Garuda SIK.
Kami dulunya sering bermain futsal, petak umpet, bola gebok, kasti, badminton, berenang, dan juga tenis.
Terkadang kami merasa sangat gembira untuk bisa bermain banyak macam permainan olahraga. Hampir semua olahraga yang kami suka bermain ditempat yang sama, yaitu di lantai M yang ada playground dan kolam renangnya. Semua permainan olahraga yang kami bermain bersama, kecuali badminton, kasti, berenang, dan tenis.
Keempat olahraga tersebut ada lapangannya sendiri. Khas untuk kasti, terkadang kami bermain di lantai M dan juga di lapangan tenis. Saking enaknya bermain, kami sekumpulan sering ditegur dengan satpam kondo karena sering kejatuhan bola dari lantai M. Yang kami bisa lakukan hanyalah acuh tak acuh alias kabur bin cabut segera atau tidak, kami juga saling menyalahkan sesama sendiri. Maklum anak kecil, tidak tahu apa-apa.
Kini, waktu berjalan begitu cepat dan semakin aku naik kelas, pasti ada saja satu atau dua orang yang pindah. Mulai dari kak Arvel dan sekeluarganya yang lebih dahulu, kemudian kak Atta sekeluarga, dan terus banyak yang pindah, sampai hari akhirku di Villa Putra. Ketika aku duduk dibangku kelas 7 SMP, tibalah Edo satu-satunya saudara akrabku selain Lino yang juga harus menjadi yang terakhir untuk meninggalkanku.
Aku dan Edo sering bersenda gurau hampir tiap hari. Di sekolah, di rumah, waktu main, bahkan solatpun kami sempat bercanda sehingga solat kamipun kurang fokus dan sempurna disisi Ilahi Rabbi. Namun dia saat ini sudah di negara lain, karena tujuan bertemu itu adalah untuk berpisah, seperti kata kepala sekolahku yang hebat di SIK ini. Dan aku masih bersyukur karena masih bisa berhubung dengannya sampai sekarang.
Akhirnya, setiap kali aku melihat bangunan Villa Putra dari luar, yang bermain didalam ingatanku hanyalah memori suka dan duka di masa kecilku itu. Aku yakin, banyak dari mereka yang pindah ke tempat yang lebih baik dari sini dan menjadi orang yang sukses seperti aku, kelak di hari tua. Oleh karena itu, maafkanlah diriku jika ada salah dengan kalian semua dan perkenankanlah aku untuk menyebut trademark resmi ini, "GENG VILTRA" (Geng Villa Putra). Itulah nama otentik dan ofisial kita sebagai "Laskar Pelangi" nya "Villa Putra. Salam hormatku, Ayyub :'D
No comments:
Post a Comment